TEORI
PERENCANAAN KOTA OLEH ( IRAWAN DUWILA )
A. PENDEKATAN
EKOLOGIKAL
Pendekatan
ini mula-mula dikembangkan antara 1916-1940 oleh masyarakat ilmiah di Chicago School of Urban Sociology. Pada
beberapa waktu kemudian orang beranggapan bahwa Pendekatan Ekologikal identik dengan Chicago School.
Pendekatan Ekologikal adalah kota
yang dipandang sebagai suatu obyek studi dimana di dalamnya terdapat masyarakat
manusia yang sangat komplek,telaha mengalami proses interrelasi antarmanusia
dan antara manusia dengan lingkungannya. Produk hubungan tersebut ternyata
mengakibatkan terciptanya pola keturunan daripada penggunaan lahan.
1. Teori
Konsentris
Para pemerhati ekologi pada kota
Chicago melihat adanya keteraturan pola penggunaan lahan yang tercipta sebagai
produk dan sekaligus proses interrelasi antara elemen-elemen wilayah kotanya. Orang yang pertama
kali menuangkan pengamatannya dalam suatu tesis adalah E.W. Burges. Menurut
E.W. Burgess (1925).kota Chicago ternyata telah berkembang sedemikian rupa dan
menunjukan pola penggunaan lahan yang konsentris di mana masing-masing jenis
penggunaan lahan ini dianalogikan sebagai konsep “natural areas”(pada dunia binatang), tumbuhan merupakan wilayah
alami yang didominasi oleh spesies tertentu yang tercipta sebagai akibat
persaingan dalam mengembangkan kehidupannya. Burges membagi kota menjadi 5
bagian : Daerah pusat kegiatan (Central
Business District), Zona
Peralihan (Transition Zone),Zona
perumahan para pekerja (Zone of working
men’s homes), Zona permukiman yang lebih baik (zone of better residences),dan Zona
para penglaju (Zone of commuters)
v KELEBIHAN
TEORI KONSENTRIS
·
Dapat mengkondisikan lingkungan sedemikian
rupa sehingga kelangsungan hidup Spesies sejenis dapat terjaga
·
Menyeragamkan Sifat – sifat “Natural Area karena Zona yang terbentuk
sebagai Produk dan proses manifestasi Ekologis
·
Dapat menceritrakan interelasi dan interaksi
yang kompetitif antara manusia, Tumbuhan dan Binatang serta lingkungan
v KELEMAHAN
TEORI KONSENTRIS
·
Adanya pertentangan antara “ Gradints “ dengan “ Zonal Boundaries “
·
Homoginitas internal yang tidak sesuai dengan
kenyataan
·
Teorinya kurang Universal dan Skema yang
anakronistik / Out of date
2. Teori Sektor
Munculnya ide untuk mempertimbangkan variabel
sector ini pertama kali dikemukakan oleh Hoyt (1939) Bahwa Persebaran
pola sewa terlihat sejalan dengan sector-sektor tertentu dengan kekhasan
tertentu dalam tesisnya yang berjudul “The Structure and Growth of residential neighbourhoods in American
Cities”. Tulisannya tersebut adalah sebagai hasil penelitiannya mengenai
pola-pola sewa rumah tinggal di 25 kota-kota di Amerika Serikat.
Dengan menuangkan hasil penelitiannya pada
pola konsentris sebagaimana dikemukakan Burgess, ternyata pola sewa tempat
tinggal pada kota-kota di Amerika cenderung terbentuk sebagai “pattern of sectors”(pola Sektor-sektor)dan
bukannya pola konsentris. Apabila asumsi Burgess betul dengan sendirinya pola
sewa ini juga akan membentuk pola zona konsentris dan gradasi besarnya sewa
akan mengikuti sinyalemen Burgess bahwa makin kearah luar bahwa makin baik atau
dapat pula sejalan dengan “distance decay
principle”karena pertimbangan aksesbilitas. Namun demikian,kenyataan menunjukan lain. Hal inilah yang
menyebabkan terkenalnya teori Homer Hoyt sebagai teori sector. Menurut Hoyt,
kunci terhadap perletakan Sektor ini terlihat pada lokasi dari pada Daerah -
daerah yang berkualitas tinggi untuk tempat tinggal.
v KELEBIHAN
TEORI SEKTOR
·
Bahwasannya elemen arah akan lebih menentukan
penggunaan lahannya dari pada elemen jarak
·
Jalur transportasi menghubungkan pusat Kota ke
bagian – bagian yang lebih jauh
·
Berkembang pada arah yang sama pada waktu
yang lama
·
Persebaran rumah berdasar kualitas fisik
mengikuti pola sektor
·
Merupakan karya yang memperbaiki dan
melengkapi teori Burgess
v KELEMAHAN
TEORI SEKTOR
·
Distribusi umur bangunan cendrung menunjukan
pola Konsentris
·
Sangat bergantung pada jalur transportasi
yang menjari.
·
Hanya dapat di gunakan pada Kota atau Wilayah
tertentu
·
Lebih mengarah pada pembangunan perumahan
bukan unsur Wilayahnya
·
Kajiannya hanya sebatas pembagunan dan penetapan
Bangunan – bangunan yang tepat
B.
PENDEKATAN
SISTEM KEGIATAN
Pendekatan
ini secara komperhensif dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk memahami
pola-pola perilaku dari perorangan, lembaga-lembaga dan firma-firma yang
mengakibatkan terciptanya pola-pola keruangan didalam kota. (Chapin,1965),
dalam hal ini yang menjadi penekanan analisis adalah unsu - unsur utama
perilaku manusia serta dinamika perilaku manusia yang kemudian didalam proses
imbal dayanya telah mengakibatkan terciptanya pola-pola keruangan tertentu di
dalam sesuatu kota.
Baik
disadari atau tidak disadari, secara eksplisit atau implicit,baik individu
maupun kelompok individu,didalam kiprahnya di daerah perkotaan akan selalu
menyebabkan terjadinya pola penggunaan lahan tertentu.pola kegiatan manusia
dapat diamati dari sistem sistem kagiatan perorangan maupun badan-badan swasta,
pemerintah. Raonels (dalam Carter1975) menggolongkan sistem-sistem kegiatan
tersebut menjadi 3 yaitu: yang pertama Sistem kegiatan rutin yaitu aspek
kegiatan utama individu yang dilaksanakan,seperti pergi belanja,ke kantor dan
lain sebagainya. Yang ke Dua Sistem kegiatan terlembaga yaitu kegiatan
kelembagaan baik itu lembaga swasta
maupun lembaga pemerintah yang difokuskan pada “particular points” dan yang ketiga Sistem kegiatan yang menyangkut
organisasi daripada proses-prosesnya sendiri.
1. Charles Colby
(1933)
Pertama
kali mencetuskan idenya tentang kekuatan-kekuatan dinamis yang mempengaruhi
pola penggunaan lahan kota. oleh karena didalam kota terdapat kekuatan-kekuatan
dinamis mempengaruhi pola penggunaan lahan kota maka pola penggunaan lahan kota
sendiri tidak statis sifatnya
Penambahan
dan pengurangan bangunan-bangunan, pengubahan bangunan-bangunan, penambahan dan
pengurangan fungsi-fungsi, perubahan jumlah penduduk, perubahan struktur
penduduk, perubahan kompesisi penduduk, perubahan tuntutan masyarakat,perubahan
nilai-nilai kehidupan dan aspek-aspek kehidupan (politik,social,ekonomi,budaya,
teknologi, psikologi, religious dan fisikal)dari waktu ke waktu telah
menjadikan kota menjadi bersifat dinamis dalam artian selalu berubah dari waktu
ke waktu dan demikian pula pola penggunaan lahannya.
v KELEBIHAN
TEORI CHARLES COLBY
·
Dapat memahamkan bahwa perubahan pada suatu
kota bukan hanya dari unsur Ekonomi saja melainkan ada pergerakan yang tak
dapat di hindari karena muncul secara tak terduga
v KELEMAHAN
TEORI CHARLES COLBY
·
Masih butuh penjelasan lebih rinci mengenai
pergeseran yang terjadi tersebut .
2. Jhon Turner
(1968)
Sarjana ini
mengemukakan teori mobilitas tempat tinggal. Dalam menjelaskan teorinya,sarjana
ini mengemukakan beberapa dimensi yang bergerak parallel dengan mobilitas
tempat tinggal ini. Ada 4 macam dimensi yang perlu di perhatikan dalam mencoba
memahami dinamika perubahan tempat tinggal pada sesuatu kota yaitu : (1)
dimensi lokasi, (2) dimensi perumahan, (3) dimensi siklus kehidupan dan (4)
dimensi penghasilan. Dinamika teorinya didasari oleh “azas equilibrium”
(keseimbangan) dimana mengandung pengertian bahwa mereka yang lebih kuat
ekonominya memperoleh sesuatu yang lebih baik dalam hal “residential location”.
Dimensi lokasi
mengacu pada tempat – tempat tertentu pada suatu Kota yang telah seorang atau
sekelompok orang dianggap paling cocok untuk tempat tinggal dalam kondiisi
dirinya. Dimensi perumahan di kaitkan dengan aspirasi perorangan atau
sekelompok orang terhhadap macam tipe perumahn yanng ada. Kemudian dimennsi
siklus kehidupan membahas tahap – tahp seseorang mulai menapak ddalam kehidupan
manndirinya, dalam artian bahwa semua kebutuhan hidupnya 100% ditopang oleh
penghasilanya sendiri kemudian dimensi peng hasilan menekankan pembahasannya
pada besar kecilnya penghasilan yang di peroleh persatuan waktu.
v KELEBIHAN
TEORI JHON THURNER
·
Membagi perubahan kota berdasarkan kemampuan
individu pendapatan seseorang
·
Menjelaskan mengenai keunggulan lokasi
perumahan yang sesuai dengan pendapatan seseorang
·
Mengarahkan perubahan kota secara kegiatan –
kegiatan dan kemampuan seseorang dalam melakukan sesuatu yang terbaik
v KELEMAHAN
TEORI JHON THURNER
·
Masih bersifat khusus
·
Belum mencakup perekonomian yang luas
·
Mengarah pada kajian yang bermateri tinggi
·
Dapat di golongkan sebagai perubahan social
dan lingkungan bukan perubahan Kota secara menyeluruh
·
Sangat bergantung pada ekonomi tingkat tinggi
dengan modal yang besar untuk tiap – tiap individual masing - masing
C. PENDEKATAN
EKONOMI
Pendekatan
Ekonomi untuk studi struktur keruangan kota/struktur penggunaan lahan kota
sebenarnya baru mulai mendapat perhatian besar pada tahun 60-an. Namun demikian
ide-ide yang mengarah ke pendekatan ini sudah mulai muncul jauh sebelumnya.
Bebrapa diantaranya dapat dikemukakan di sini yaitu Cooley (1894) dan Weber
(1895) yang mengemukakan bahwa jalur transportasi dan titik simpul (pertemuan
beberapa jalur transportasi)dalam suatu sistem transportasi, mempunyai peran
yang cukup besar terhadap perkembangan kota.
1. Teori
Lokasi Optimum dan Algomerasi Industri
Alfred
Weber adalah penulis Buku Ueber den
Standartder Indutrien (1909), yang kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa
Inggris oleh C.J. Friedrich. Dalam teorinya
Weber ia menekankan pentingnya biaya Transpor sebagai faktor
pertimbangan lokasi. Teori Weber sebenarnya menentukan dua kekuatan lokasional
Primer, yaitu orientasi transport dan orientasi tenaga kerja. Pemikiran Weber
telah memberikan sumbangsi ilmiah dalam banyak aspek. Weber berusaha menetapkan
lokasi yang optimal dalam arti pemilihan lokasi yang mempunyai biaya minimal.
Selain itu dia telah menjelaskan terjadinya evousi Ekonomi tataruang dalam arti
munculnya strata yang suskses seperti pembangunan industry ( pusat – pusat
kegiatan Ekkonomi ), terjadinya urbanisasi dan sstruktur masyarakat Kota.
v KELEBIHAN
TEORI LOKASI OPTIMUM DAN ALGOMERASI INDUSTRI
·
Sebagai perintis dalam analisis lokasi yaitu
mengenai munculnya pusat – pusat kegiatan Ekonomi ( Industri).
·
lokasi yang optimal dalam arti pemilihan
lokasi yang mempunyai biaya minimal.
·
Mengembangkan dasar – dasar analisis pasar.
·
Memberikan kontribusi yang esensial dalam
penembangan Wilayah.
v KELEMAHAN
TEORI LOKASI OPTIMUM DAN ALGOMERASI INDUSTRI
·
Tidak dapat mendeteksi keuntunngan –
keuntungan Algomerasi karena bukan suatu daftar yang lengkap dan menyeluruh.
·
Tidak mudah di operasionalisasikan karena
mengarah pada Algomerasi.
·
Terdapat ke tidak relevanan ketika kecendrungan Algomerasi
dapat di padukan kedalam proses perkembangan Ekonomi yang akan bberakibat bahwa
perubahan lokasional akan dicerminkan oleh semakin bertambahnnya Algomerasi.
2. Teori
Tempat Sentral ( Walter Christaller )
Di kemukakan oleh Walter Christaller
dalam bukunya yang berjudul Die Zentralen
Orte in Sud Deuchland ( 1933 ). Yang kemudian di terjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh E.W.Baskin dengan
udull Central Places in Southern Germany
( 1966 ). dalam teori tersebut Walter Christaller mengintroduksikkan
mengenai tempat Central, dimana Pusat
kota dapat dikatakan pula dengan istilah central place (tempat sentral)
yang didefinisikan dalam arti fungsi-fungsi
sentral yang dilaksanakan untuk suatu daerah. Fungsi utama kota adalah
bertindak sebagai suatu pusat pelayanan untuk daerah hinterland di
sekitarnya (yang disebut sebagai daerah komplementer/daearah belakang), yang
menyuplai kebutuhan barang dan jasa untuk kota. Menurut teori central place
atau tempat sentral, kota tumbuh dan berkembang sebagai akibat dari permintaan
barang dan jasa daerah sekitarnya. Atau dengan kata lain pertumbuhan kota
merupakan suatu fungsi dari penduduk daerah hinterlandnya dan merupakan
fungsi dari tingkat pendapatannya.
v KELEBIHAN
TEORI TEMPAT SENTRAL
·
Menjelaskan pola aktual arus pelayanan jasa.
·
Bersifat Normatif.
·
Dapat menentukan Pola optimal Distribusi
Tempat – tempat Sentral.
·
Dapat member Kontribusi pada Pemahaman
Interrelasi Spasial
·
Menjelaskan Kota sebagai system di dalam
system perkotaan
v KELEMAHAN
TEORI TEMPAT SENTRAL
·
Pada kenyataannya
kota besar tidak mengkususkan fungsinya pada produksi barang dan jasa yang akan
dipasarkan ke darah pasar yang luas sebagaimana di klaim oleh teori central
place.
·
Analisis central
place ternyata lebih menekankan pada peranan sektor perdagangan dan
kegiatan jasa dari pada kegiatan produktif lainnya seperti manufacturing dan
transportasi.
·
Pertumbuhan kota
meningkat terus dan setelah sampai pada tingkat tertentu mereka memerlukan sumber daya (tenaga kerja, modal, dll) yang
didatangkan dari luar daerah. Dalam hal ini tidak dapat dijelaskan dalam
pengertian permintaan barang dan jasa dari daerah hinterland seperti yang
dikemukakan oleh teori central place.
3. Teori Kutub Pertumbuhan ( Francois Perroux )
Merupakan perkembangan modern dari titik – titik pertumbuhan yang berasal
dari para ahli Ekonomi Wilayah yang di pelopori oleh Francois Perroux ( 1955 ).
Perroux telah mengembangkan konsep kutub pertumbuhan, dalam artikelnya yang
berjudul “ Note sur Nation de Pole
croissance”. Menurut pendapatnya, pertumbuhan ataupun pembangunan
tidak di dilakukkan diseluruh tata ruang, tetapi
terbatas pada beberapa tempat atau lokasi tertentu. Tata ruang
diidentifikasikannya sebagai arena atau medan
kekuatan yang didalamnya terdapat Kutub – kutub atau pusat – pusat.
Setiap kutub mempunnyai kekuatan pancaran pengembangan keluar dan kekuatan
tarikan ke dalam. Teori menjelaskan tentang pertumbuhan Ekkonomi dan khususnya
mengenai Indutri –industri dan perusahaan – perusahaan yang saling
ketergantungannya, bukan mengenai geografis dan pergeseran industry bbaik
secara iintra maupun inter. Pada dasarnya teori kutub pertumbuhan mempunyai
penngertian tata ruang ekkonomi secara Abstrak.
v KELEBIHAN
TEORI KUTUB PERTUMBUHAN
·
Merupakan langkah awal dalam integrasi Ekonomi
secara Spasial dan Regional
·
Kontribusi yang besar dalam pengembbangan
wilayah
·
Dapat menentukan mata rantai – mata rantai
antar industry.
v KELEMAHAN
TEORI KUTUB PERTUMBUHAN
·
Kenyataannya
menunjjukan bahwa besarnnya suatu industry secara tersendiri tidak cukup
menjamin keberhasilan pertumbuhan Ekonomi
·
Tidak memberikan
penjelasan yang memuaskan mengenai proses Algomerasi.: conntohnya industry –
industry tertarik mengadakann algomerasi
bukan karena sifat – sifat oligopolistic industry pendorong, akan tetapi karena
penghematan – penghematan eksternal yang dihasilkan oleh daerah - daerah perkotaan besar.
·
Peranan industry pendorong
selalu di tafsirkan terlalu berlebihan.
·
Merupakan konsep
barat yang menekankan pada industry yang bermodal dengan skala besar.
·
Kebijakan dari teori
ini akan memprioritaskan pada strategi
industry perkotaan dengan demikian maka akan terdapat tuntutan untuk mendistribusikan investasi dari daerah
kota ke daerah – daerah pedesaan sedangkan pembangunan pedesaan tergolong
berjalan lambat.
4. Teori
Basis Ekspor.
Telah
sejak lamma dikenal dengan teori basis Ekonomi ( Ekonomi Base Theory ). Yang menjelaskan pertumbuhan ekonomi suatu
wilayah (Negara) bersumber pada permintaan dari wilayah ( Negara ) di luar. Teori base ekspor membagi wilayah yang
melakukan perdagangan menjadi dua, yaitu wilayah yang bersangkutan dan wiayah –
wiayah sisanya, demikian juga struktur perekonomian di bagi menjadi dua yaitu
sector dasar dan sector non dasar. Kegiatan dassar menghasilkan barang – barang
yang di ekspor keluar wilayah, sedangkan non dasar memproduksi barang – barang
dan jasa – jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di wilayah yang
bersangkutan. asumsi dasarnya ialah kegiatan dasar merupakan Kunci pertumbuhan
Wilayah.
Menurut
teori basis ekspor , suatu wilayah bertumbuh atau berkembang sebagai akibat
dari spesialisasi dalam kegiatan ekspor, dengan ekspor dapat memperoleh
pendapatan, hal ini dapat menigkatkan kekayaan dan kemampuan suatu wilayah
untuk melaksakan pembangunan dan membayar harga – harga barang yang diimpornya
dari wilayah luar. Analisis ini pada dasarnya menggunakan teori perdagangan
Internasional yang diterapkan pada batas suaru wilayah.
v KELEBIHAN
TEORI BASIS EKSPOR
·
Kontribusi yang besar dalam pengembangan
wilayah
·
Mengandalkan kegiatan ekspor sebagai dasar
pertahanan dan pertumbuhan wilayah
·
Menjadi peranan penting dalam sector dasar
atau sector basis pertumbuhan Wilayah
v KELEMAHAN
TEORI BASIS EKSPOR
·
Terdapat kesulitan
dalam mengukur dan membedakan antara kegiatan–kegiatan dasar dengan kegiatan –
kegiatan non dasar
·
Menjadi kelemahan
mendasar jika di tinjau dari kerangka teoritik ketika membagi struktur
perekonomian kedalam dua sector
·
Tidak realistic ketika membagi wilayah –
wilayah kedalam dua bagian, karena menjadi dasar akan terjadi kesalahan dalanm
proses analisis.
·
Karena sumber pertumbuhaan wilayah terletak
pada perubahan yang berasal dari luar yaitu
permintaan terhadap Ekspornya , maka penawaran tenaga kerja akan
dianggap elastic sempurna, sedangkan kenyataanya tidak demikian.
5. Teori
Von Thunen ( Sewa Tanah )
Johan
Heinrich von Thunen ( 1826 ) telah menngembangkan hubungan antara perbedaan
lokasi pada tata ruang ( spatial location
) dan pola penggunaan lahan. Johan Heinrich von Thunen menguraikan teori
sewa lahan diferensial dalam bukunya yang berjudul Der Isoleierte Staat, In Beziehung auf landwirtshcaft un
Nationalokonomie. Inti pembahasan Von Thunen ialah mengenai lokasi dan spealisasi
pertanian. Berdasarkan asumsi – asumsi yang di gunakkan, yaitu : yang pertama
Wilayah model yang terisolasikan adalah bebas dari pengaruh pasar Kota – kota
lain, yang kedua wilayah model membentuk tipe pemukiman perkampungan dimanna
kebanyakan keluaraga petani hidup pada tempat – tempat yang terpusat dan bukan
tersbar diseluruh Wiilayah, yang ke Tiga wilayah model memiliki iklim, Tenah,
Topografi yang seragam atau univorm( produktifitas tanah secara fisik adalah
sama ), ke Empat wilayah model memiliki fasilitas transportasi tradisional yang
relative seragam , dan yang ke Lima ialah Faktor – faktor alamiah yang
mempengaruhi penggunaan lahan adalah konstan, mmaka dapat di analisis bahwa
sewa lahan merupakan hasil persaingan antara berbagai jenis penggunaan lahan.
Menurut
Von Thunen,Produsen–produsen tersebar di daerah luas, sedangkan pembeli
–pembeli terkonsentrasi pada titik sentral. Titik sentral pada umumnya
merupakan kota , dan tidak terdapat perbedaan lokasi diantara para pembeli
dalam kota.
v KELEBIHAN
TEORI VON THUNEN ( SEWA TANAH )
·
Menjadi acuan penting dalam pengembangan
Wilayah terutama dalam menentukan berbagai kegiatan perekonomian
·
Dapat menentukan berbagai Kawasan ( Zoning )
v KELEMAHAN
TEORI VON THUNEN ( SEWA TANAH )
·
Masih sanngat sederhana dalam penjelasannya
·
Cendrung menunjukan pola Pertanian dengan
demikian semakin berat jika pertumbuhan pedesaan berjalan lambat
·
Sangat bergantung pada jalur transportasi
cepat
·
Menitik beratkan pada penjual yang berada
pada kawasan – kawasan yang lebih jauh dari pusat model
·
Penurunan biaya transport akan tak pernah
sikron dengan para penjual dari luar
·
Kajiannya hanya sebatas pembagunan pertanian
dan pasar tradisional.
6. Teori
Simpul Jasa Distribusi ( Poernomosidi Hadjisarosa )
Poernomosidi
Hadjisarosa menjelaskan Teori Simpul Jasa Distribusi yang telah dikembbangkan
dalam berbagai artikel dan Makala, misalnya Konsepsi
Dasar Penembangan Wilayah di Indonesia ( Makala di sajikan dalam symposium
di ITB,tanggal 21 Agustus 1980, dan dalam pertemuan antara ilmuan lembaga ilmu
pengetahuan Indonesia di Jakarta, Tanggal 24 Juni 1981 ). Poernomosidi menjelaskan konsepnya sebagai
berikut : Berkembangnya Wilayah ditandai oleh terjadinya Pertumbuhan atau
perkembangan sebagai akibat berlangsungnya berbagai kegiatan usaha , baik
sector Pemerintah maupun sector Swasta, yang pada dasarnya bertujuan untuk
menigkatkan pemenuhan kebutuhan. Berlangsungnya kegiatan usaha tersebut
ditunjang dari segi modal.
Dibandingkan
dengan teori tempat sentral dan teori kutub pertumbuhan ternyata teori “ Simpul
Jasa Distribusi “ lebih akomodatif. Poernomosidi membantah Teori tempat sentral
yang beranggapan bahwa seluruh wilayah terbagi habis dan seluruh bagian Wilayah
tidak ada yang terlewatkan oleh jasa pelayanan. Dalam hal ini Poernomosidi
membedakan wilayah Adminnistratif dengan wilayah pengembangan. Secara
administratif, seluruh wilayah terbagi habis tetapi tidak berarti seluruh
Wilayah Administrasi otomatis tercakup dalam Wilayah pengembangan, dalam
kenyataannya bebrapa bagian Wilayah
administrasi tidak terjangkau oleh pelayanan jasa distribusi disebabkan
hambatan – hambatan geografis atau karena belum tersedianya Prasarana –
prasarana perhubungan kea tau dari bagian – bagiian Wilayah tersebut.
Pada teori kutub pertumbuhan yang di
ungkapkan oleh Perroux, Poernomosidi mencoba membandingkan dengan teorinya di
mana pada teori kutub pertumbuhan tidak menjelaskan pertumbuhan secara
Nasional. Sedangkan teori simpul yang bertitik tolak pada pemahaman struktur
wilayah tingkat Nasional ( SPWTN ) telah mengungkapkan gambaran tentang
penyebaran, orientasi dan tingkat perkembangan masing – masing satuan Wilayah
Pengembangan ( SWP ) serta hubungan ketergantungan antar (SWP ) melalui simpul
– simpulnya masing – masing.
v KELEBIHAN
TEORI SIMPUL JASA DISTRIBUSI
·
Menjadi acuan penting dalam pengembangan
Wilayah terutama dalam menentukan berbagai kegiatan pengembangan secara
Nasional
v KELEMAHAN
TEORI SIMPUL JASA DISTRIBUSI
·
Masih terdapat peluang untuk melengkapi dan
memperkuat bbeberapa penjalasannya, yaitu pendekatan arus barang, dan
pendekatan secara fisik.
Refrensi
·
Rahardjo Adisasmita.2008.Pengembanngan
Wilayah Konsep Dan Teori.Yokyakarta:Graha
Ilmu
·
Hadi
Sabari Yunus.2000.Struktur Tata Ruang Kota.Yokyakarta:Pustaka Pelajar.
0 komentar :
Posting Komentar